Menyapa Waktu dengan Syukur Hati

Oleh: Dwi Taufan Hidayat
Ketua Lembaga Dakwah Komunitas PCM Bergas, Wakil Ketua Majelis Pustaka dan Informasi PDM Kab Semarang

Seindah apa pun hari kemarin, tak akan pernah bisa diulang. Seindah apa pun hari ini, akan tetap berlalu. Dan seindah apa pun hari esok, masih menjadi rahasia yang belum tentu tiba. Maka, hidup yang singkat ini tak seharusnya kita habiskan dalam penyesalan masa lalu atau kegelisahan masa depan. Waktu adalah anugerah yang tak bisa diulang, dan satu-satunya cara untuk benar-benar hidup adalah dengan mensyukuri setiap detik yang masih Allah izinkan berputar untuk kita.

Islam menempatkan waktu sebagai sesuatu yang sangat berharga. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT bersumpah dengan waktu, menandakan betapa agungnya makna setiap detik yang kita miliki. Firman-Nya:
﴿وَالْعَصْرِ ۝ إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ﴾
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian.” (QS. Al-‘Ashr [103]: 1–2)

Ayat ini begitu pendek, namun kandungannya sangat dalam. Allah bersumpah dengan waktu karena manusia sering lalai dalam menggunakannya. Kita terjebak dalam masa lalu yang tak bisa diperbaiki, atau tenggelam dalam bayangan masa depan yang belum tentu datang, sementara hari ini—satu-satunya kesempatan nyata—terbuang begitu saja.

Ketika Waktu Menjadi Ujian Kesadaran

Rasulullah ﷺ bersabda:
«نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ»
“Ada dua nikmat yang banyak manusia tertipu karenanya: kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari)

Kita sering menunda-nunda kebaikan, seolah waktu akan menunggu. Padahal waktu tidak pernah menunggu siapa pun. Ia berjalan terus, meninggalkan mereka yang menunda-nunda. Dalam kesibukan dunia, kita sering lupa bahwa setiap helaan napas adalah hitungan menuju akhir.

Imam Hasan Al-Bashri berkata: “Wahai anak Adam, sesungguhnya engkau hanyalah kumpulan dari hari-harimu. Jika satu hari hilang darimu, maka hilanglah sebagian dari dirimu.”

Menghargai Waktu dengan Syukur dan Tanggung Jawab

Syukur atas waktu berarti menyadari bahwa setiap detik adalah titipan Allah yang kelak ditanyakan. Rasulullah ﷺ bersabda:
«لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ»
“Tidak akan bergeser kaki seorang hamba pada hari kiamat hingga ia ditanya tentang umurnya, untuk apa ia habiskan.” (HR. Tirmidzi)

Waktu adalah modal kehidupan yang terus berkurang. Seperti pedagang yang bijak menghitung modalnya, demikian pula orang beriman harus menghitung ke mana waktu hidupnya berlalu: menuju ketaatan atau kesia-siaan.

Allah SWT berfirman:
﴿وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِن كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ﴾
“Dan janganlah kamu lupakan bagianmu dari (kenikmatan) dunia, dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu.” (QS. Al-Qashash [28]: 77)

Mengisi Waktu dengan Amal dan Kebajikan

Rasulullah ﷺ mengingatkan agar kita memanfaatkan lima perkara sebelum datang lima perkara lainnya:
«اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ…»
“Manfaatkanlah lima perkara sebelum datang lima perkara: masa mudamu sebelum tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, luangmu sebelum sibukmu, dan hidupmu sebelum matimu.” (HR. Al-Hakim)

Setiap kata dalam hadis ini adalah pengingat bahwa waktu yang kita punya tidak abadi. Maka jangan biarkan hidup berlalu tanpa makna. Bersyukur terhadap waktu berarti menerima setiap fase kehidupan dengan ridha. Ada masa tertawa dan masa diuji. Semuanya bagian dari putaran waktu.

Allah berfirman:
﴿وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ﴾
“Dan masa (kejayaan dan kesulitan) itu Kami pergilirkan di antara manusia.” (QS. Ali Imran [3]: 140)

Waktu, pada akhirnya, bukan tentang panjang atau pendeknya umur, tetapi tentang bagaimana kita mengisinya. Kualitas hidup tidak diukur dari lamanya usia, melainkan dari makna yang ditanamkan dalam setiap harinya.

Allah SWT berfirman:
﴿فَإِذَا فَرَغْتَ فَانصَبْ ۝ وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَارْغَبْ﴾
“Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan lain), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.” (QS. Asy-Syarh [94]: 7–8)

Semoga kita mampu membuat setiap waktu menjadi indah dengan rasa syukur kepada Allah, hingga ketika waktu berhenti untuk kita, ia berhenti dalam keadaan terbaik. (*)

Read more: https://klikmu.co/menyapa-waktu-dengan-syukur-hati/

Posting Komentar

0 Komentar