Oleh: Dwi Taufan Hidayat
Ketua Lembaga Dakwah Komunitas PCM Bergas, Wakil Ketua Majelis Pustaka dan Informasi PDM Kab Semarang
Setiap manusia kelak akan kembali kepada tanah, dan sebelum hari itu tiba, agama menuntun kita untuk menjaga adab terhadap mereka yang telah mendahului kita. Larangan duduk di atas kuburan bukan sekadar aturan tanpa makna, tetapi sebuah pelajaran besar tentang hormat, penghayatan, dan kesadaran akan perjalanan akhir yang pasti kita tempuh. Ia mengingatkan bahwa kemuliaan manusia tetap terjaga bahkan setelah jasad terkubur.
Ketika seseorang berjalan memasuki area pemakaman, suasana hening yang membalut tanah-tanah gersang itu bukan sekadar diam. Ia adalah bahasa alam yang mengingatkan manusia tentang kefanaan dan kembalinya setiap jiwa kepada Allah. Di tempat inilah, adab menjadi sangat penting. Islam mengajarkan bahwa kehormatan seorang mukmin tidak hilang hanya karena ia telah meninggalkan dunia. Justru pada fase inilah kita diperintahkan untuk lebih berhati-hati, lebih santun, dan lebih sadar akan makna hidup yang sesungguhnya.
Mengapa Kuburan Harus Dihormati?
Di antara adab tersebut adalah larangan duduk di atas kuburan. Sebagian orang mungkin menganggap hal ini kecil, namun syariat menggambarkan konsekuensinya dengan sangat keras. Rasulullah ﷺ bersabda:
لَأَنْ يَجْلِسَ أَحَدُكُمْ عَلَى جَمْرَةٍ فَتُحْرِقَ ثِيَابَهُ فَتَخْلُصَ إِلَى جِلْدِهِ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَجْلِسَ عَلَى قَبْرٍ
“Jika salah seorang dari kalian duduk di atas bara api, lalu terbakar baju dan kulitnya, itu lebih baik baginya daripada duduk di atas makam.” (HR. Muslim no. 971)
Pernyataan Nabi ﷺ ini bukan untuk menakuti, melainkan untuk membuka mata betapa Islam menghormati manusia, hidup maupun mati. Duduk di atas kuburan bukan hanya tindakan fisik, tetapi mencerminkan kelalaian hati. Ia mengisyaratkan kurangnya penghargaan terhadap saudara seiman yang telah kembali kepada Rabb-nya.
Dalam riwayat lain, Rasulullah ﷺ menegaskan:
كَسْرُ عَظْمِ الْمَيِّتِ كَكَسْرِهِ حَيًّا
“Mematahkan tulang mayit itu seperti mematahkannya ketika ia hidup.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah)
Artinya, penghormatan terhadap tubuh manusia tidak berubah meskipun ruhnya telah kembali kepada Allah. Karena itu, tindakan apa pun yang menunjuk pada pelecehan atau ketidaksopanan terhadap kuburan menjadi terlarang.
Menghindari Sikap Meremehkan di Pemakaman
Larangan ini mengingatkan bahwa alam kubur adalah fase yang sangat serius. Di dalamnya seorang hamba memasuki perjalanan baru. Allah berfirman:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ
“Setiap jiwa akan merasakan mati.” (QS. Ali ‘Imran: 185)
Ayat ini adalah renungan agar manusia memperlakukan alam kematian dengan penuh kehormatan. Kuburan adalah tempat peristirahatan saudara-saudara kita, tempat mereka menanti hari kebangkitan.
Salah satu tujuan ziarah kubur adalah melembutkan hati. Rasulullah ﷺ bersabda:
زُورُوا الْقُبُورَ فَإِنَّهَا تُذَكِّرُكُمُ الْمَوْتَ
“Ziarahlah kuburan, karena ia mengingatkan kalian kepada kematian.” (HR. Muslim)
Mengingat kematian seharusnya menumbuhkan kerendahan hati, bukan sikap meremehkan. Duduk di atas kuburan justru menghilangkan ruh penghayatan itu.
Selain itu, pemakaman bukanlah tempat untuk bercengkerama atau beristirahat. Ia adalah ruang kesunyian yang mengajak manusia merenungi akhirat. Ketika seseorang menjaga adabnya di kuburan, ia sedang menjaga kehidupannya sendiri.
Allah berfirman:
وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ
“Tidak ada seorang pun yang mengetahui apa yang akan diusahakannya besok, dan tidak ada seorang pun yang mengetahui di bumi mana ia akan mati.” (QS. Luqman: 34)
Adab Kubur sebagai Cermin Keimanan
Larangan duduk di atas kuburan bukan sekadar aturan fikih, tetapi pelajaran moral, spiritual, dan kemanusiaan. Ia mengajarkan bahwa manusia memiliki martabat yang dijaga oleh syariat, bahkan setelah kematian. Ia mendidik kita agar rendah hati, lembut, penuh penghargaan, dan sadar bahwa setiap langkah akan dipertanggungjawabkan.
Semoga Allah menjadikan kita hamba yang menjaga adab, menghormati mereka yang telah mendahului, dan mengambil pelajaran dari setiap jejak pemakaman sebagai cermin perjalanan hidup kita sendiri. Semoga zikir, doa, dan ketundukan hati terus menghidupkan jiwa kita, sehingga kuburan tidak menjadi tempat kesia-siaan, tetapi tempat yang menyuburkan iman. (*)
Read more: https://klikmu.co/menghormati-kehidupan-setelah-kematian/
0 Komentar