Oleh: Dwi Taufan Hidayat
Ketua Lembaga Dakwah Komunitas PCM Bergas, Wakil Ketua Majelis Pustaka dan Informasi PDM Kab Semarang
Dalam hidup, manusia kerap berlindung di balik kalimat “sudah takdir” ketika musibah menimpa, padahal Al-Qur’an mengingatkan bahwa banyak bencana lahir dari ulah tangan manusia sendiri. Kesadaran akan amanah menjaga bumi adalah bagian dari iman. Narasi ini mengajak kita menelusuri hubungan antara takdir, perbuatan, dan tanggung jawab ekologis sebagai bentuk ketaatan kepada Allah.
Kita sering mengucapkan “ini takdir Allah” ketika terjadi banjir, longsor, cuaca ekstrem, atau bencana lain yang menyentak kenyamanan hidup kita. Padahal, jauh sebelum musibah itu datang, tangan-tangan manusia telah bekerja menyiapkan jalan bagi kerusakan itu. Kita menebang hutan tanpa kendali, menggunduli gunung, mengeruk tanah, membakar lahan, dan mengubah bentang alam tanpa rasa hormat pada keseimbangan yang telah Allah tetapkan.
Allah berfirman:
﴿ ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ ﴾
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan manusia.” (QS. Ar-Rum: 41)
Ayat ini mengingatkan bahwa kerusakan bukanlah sesuatu yang turun tiba-tiba; ia lahir dari akumulasi sikap manusia yang kehilangan rasa takut kepada Allah. Ketika kerakusan mengalahkan ketakwaan, alam yang menjadi saksi keserakahan itu pun berubah menjadi ladang musibah.
Amanah Manusia atas Bumi
Dalam hadis, Rasulullah ﷺ bersabda:
« كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ »
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Amanah manusia bukan hanya mengurus keluarga atau pekerjaan, tetapi juga memelihara bumi. Karena bumi adalah bagian dari “rakyat” yang Allah titipkan kepada manusia untuk dijaga, bukan dieksploitasi. Bentuk maksiat ekologis tidak selalu berupa tindakan besar seperti pembabatan hutan atau tambang ilegal. Kebiasaan kecil yang dianggap sepele—gaya hidup boros energi, penggunaan kendaraan pribadi tanpa keperluan jelas, perilaku konsumtif, penggunaan plastik sekali pakai, hingga membuang sampah sembarangan—perlahan menumpuk menjadi beban bumi.
Allah memperingatkan:
﴿ وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللَّهُ النَّاسَ بِمَا كَسَبُوا مَا تَرَكَ عَلَىٰ ظَهْرِهَا مِنْ دَابَّةٍ ﴾
“Jika Allah menghukum manusia karena apa yang mereka perbuat, niscaya tidak akan ada satu pun makhluk bernyawa yang tersisa di bumi.” (QS. Fatir: 45)
Bumi sebagai Saksi dan Ujian
Rasulullah ﷺ memberi teladan dalam memperlakukan alam. Beliau melarang penebangan pohon tanpa alasan, melarang mencemari air, bahkan melarang menyakiti hewan tanpa tujuan syar’i. Beliau bersabda:
« لَا يَزُولُ قَدَمُ ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ… وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ »
“Tidak akan bergeser kaki manusia pada hari kiamat sampai ia ditanya… tentang hartanya: dari mana ia mendapatkan dan untuk apa ia membelanjakannya.” (HR. Tirmidzi)
Harta yang Allah berikan termasuk tanah, air, dan udara yang kita nikmati. Jika semua itu dirusak demi keserakahan pribadi, bumi akan menjadi saksi di hadapan Allah. Allah berfirman:
﴿ يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا ﴾
“Pada hari itu, bumi akan menyampaikan beritanya.” (QS. Az-Zalzalah: 4)
Menjadi Hamba Bertanggung Jawab
Menyadari hubungan antara takdir dan tanggung jawab adalah fondasi iman yang matang. Takdir bukan tameng untuk lari dari dosa ekologis. Takdir adalah jalan Allah yang penuh hikmah, sementara tanggung jawab adalah perintah Allah yang harus dipenuhi. Keduanya tidak bertentangan. Takdir berada di tangan Allah, tetapi perbuatan berada di tangan kita.
Allah berfirman:
﴿ وَالْأَرْضَ وَضَعَهَا لِلْأَنَامِ ﴾
“Dan bumi telah Dia hamparkan untuk makhluk-Nya.” (QS. Ar-Rahman: 10)
Menjaga bumi adalah bagian dari ibadah, syukur, dan takwa. Dengan kesadaran ini, manusia dapat mengubah bencana menjadi rahmat dan memastikan bumi tetap seimbang untuk generasi berikutnya.
Semoga Allah melembutkan hati kita agar tidak lalai atas amanah-Nya dan memberi kekuatan untuk memperbaiki kerusakan yang telah kita perbuat. Aamiin. (*)
Read more: https://klikmu.co/berlindung-di-bawah-kata-takdir/
0 Komentar