Oleh: Dwi Taufan Hidayat
Ketua Lembaga Dakwah Komunitas PCM Bergas, Wakil Ketua Majelis Pustaka dan Informasi PDM Kab Semarang
Hujan adalah anugerah yang sering kita pandang biasa. Ia turun lembut dari langit, menyentuh bumi, menghidupkan pepohonan, dan menyejukkan hati manusia. Namun pernahkah kita membayangkan jika hujan turun bukan dalam takaran, melainkan seperti Allah menumpahkan ember dari langit? Bukankah bumi akan porak-poranda, tanaman tercabut, rumah-rumah hanyut, dan kehidupan musnah dalam sekejap? Itulah sebabnya setiap tetes hujan adalah bukti kasih sayang Allah yang penuh hikmah dan keseimbangan.
Allah menurunkan hujan bukan dengan sembarangan, tetapi dengan kadar dan ukuran yang telah ditetapkan-Nya. Dalam Al-Qur’an, Allah menegaskan:
وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً بِقَدَرٍ
“Dan Kami turunkan dari langit air (hujan) menurut suatu ukuran.” (QS. Al-Mu’minun [23]: 18)
Ayat ini menunjukkan bahwa segala ciptaan Allah berada dalam keseimbangan yang sempurna. Bila terlalu deras, banjir melanda. Bila terlalu sedikit, kekeringan menghantam. Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Allah menurunkan hujan sesuai kebutuhan bumi masing-masing, tidak berlebihan dan tidak kekurangan.
Hujan sebagai Rahmat dan Pengingat
Betapa banyak manusia yang lupa bahwa hujan adalah nikmat tak ternilai. Mereka hanya melihat air yang jatuh, bukan rahmat yang dibawa. Allah berfirman:
وَهُوَ الَّذِي يُنَزِّلُ الْغَيْثَ مِنْ بَعْدِ مَا قَنَطُوا وَيَنْشُرُ رَحْمَتَهُ
“Dan Dialah yang menurunkan hujan setelah mereka berputus asa, dan menyebarkan rahmat-Nya.” (QS. Asy-Syura [42]: 28)
Setiap tetes hujan membawa kehidupan. Ia membasahi tanah yang mati, menumbuhkan biji yang tertanam, menghidupkan sungai yang kering, dan menyejukkan udara. Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
لَيْسَ سَنَةٌ بِأَمْطَرَ مِنْ أُخْرَى، وَلَكِنَّ اللَّهَ يُصَرِّفُهُ كَيْفَ يَشَاءُ
“Tidak ada satu tahun yang lebih banyak hujannya daripada tahun lainnya. Tetapi Allah membagi dan mengarahkannya sesuai kehendak-Nya.” (HR. Muslim)
Distribusi hujan diatur langsung oleh Allah. Ada daerah yang diberikan hujan melimpah, sementara yang lain diuji dengan kekeringan. Hujan menjadi ujian bagi sebagian dan rahmat bagi yang lain.
Rasulullah ﷺ bahkan menyingkap pakaiannya saat hujan turun dan berkata:
إِنَّهُ حَدِيثُ عَهْدٍ بِرَبِّهِ
“Sesungguhnya air hujan ini baru saja turun dari Tuhannya.” (HR. Muslim)
Hujan bukan sekadar fenomena alam, tetapi pancaran kasih sayang Allah.
Momen Terkabulnya Doa
Sering kali manusia mengeluhkan hujan: baju basah, jalan macet, atau acara tertunda. Padahal hujan adalah waktu yang mustajab untuk berdoa. Nabi ﷺ bersabda:
ثِنْتَانِ لَا تُرَدَّانِ: الدُّعَاءُ عِنْدَ النِّدَاءِ، وَتَحْتَ الْمَطَرِ
“Dua doa yang tidak ditolak: doa ketika adzan dan doa ketika hujan turun.” (HR. Abu Dawud)
Saat langit meneteskan rahmat, hati manusia seharusnya ikut meneteskan kerendahan di hadapan Allah. Hujan mengajarkan tawakal: ia turun bukan saat manusia menginginkan, tetapi saat Allah menghendaki. Jika hujan berlebih, manusia diingatkan agar waspada dan memperbaiki perilakunya. Bila hujan tak kunjung datang, itu tanda untuk memperbanyak istighfar, sebagaimana firman Allah:
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا
“Mohonlah ampun kepada Tuhanmu… niscaya Dia akan mengirimkan hujan dengan lebat.” (QS. Nuh [71]: 10–11)
Hujan sebagai Pesan Kasih dari Langit
Dalam kehidupan modern, manusia sering memandang hujan sebagai penghambat aktivitas. Padahal, hujan adalah ayat Allah yang berbicara tanpa suara. Ritme air yang jatuh dari langit membawa pesan kasih, harapan, dan kehidupan.
Jika air pun diturunkan dengan takaran, maka hidup manusia pun pasti diatur dengan keadilan dan kasih yang sama. Hujan adalah rahmat dalam takaran, surat cinta dari Allah untuk bumi yang haus dan hati manusia yang kering dari syukur.
Maka ketika hujan turun, pandanglah ia dengan kagum. Biarkan hati menyebut nama-Nya, dan lisan berdoa penuh harap. Sebab di balik setiap tetes hujan, ada kasih Allah yang menetes bersama rahmat dan ampunan. (*)
Read more: https://klikmu.co/hujan-dalam-takaran-rahmat-allah/
0 Komentar