Yogyakarta – Anak adalah anugerah dari Allah ﷻ, doa yang dikabulkan dari harapan orang tua. Namun demikian, anak juga merupakan ujian besar bagi orang tua. Hal ini disampaikan oleh Ustadz Talqis Nurdianto, Lc., M.A., Ph.D., Ketua Bidang Pemberdayaan Korp Muballigh dan Kemasjidan Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, dalam khutbahnya di Masjid Al-Musannif, Tabligh Institute Muhammadiyah, belum lama ini.
“Apakah kita — para orang tua — bisa menjalankan amanah ini dan lulus dalam mendidiknya? Atau justru gagal karena kekurangan ilmu?” ujar beliau di hadapan jamaah.
Menurut Ustadz Talqis, seluruh yang ada dalam lingkup keluarga akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah ﷻ. Oleh karena itu, orang yang bertakwa akan berusaha semaksimal mungkin menunaikan kewajibannya, termasuk dalam mendidik anak-anak mereka.
“Semua kita pasti akan meninggal. Yang dibawa bukan harta atau gelar, tapi amal. Salah satu amal yang utama adalah sedekah jariyah dan ilmu yang bermanfaat,” jelasnya.
Ia mengajak para orang tua untuk merefleksikan diri: berapa banyak kebaikan yang telah diajarkan kepada anak-anak? Berapa banyak ilmu yang diwariskan, baik kepada keluarga maupun lingkungan sekitar?
Komunikasi, Doa, dan Pendidikan: Tiga Pilar Orang Tua
Dalam khutbahnya, Ustadz Talqis juga menyoroti pentingnya komunikasi antara orang tua dan anak. Ia mengingatkan bahwa orang tua tidak boleh merasa rendah diri karena pendidikan anak lebih tinggi. Sebaliknya, komunikasi harus dibangun agar nilai-nilai kebaikan dapat disampaikan.
“Doa anak kepada orang tuanya sangat diharapkan. Tapi bagaimana mungkin anak bisa mendoakan orang tuanya dengan benar jika sejak kecil tidak pernah diajari untuk berdoa atau beristighfar?” ujarnya.
Ia mengkritik pola asuh yang terlalu mengandalkan sekolah dan guru, tanpa keterlibatan aktif dari orang tua. Padahal, kata beliau, pendidikan utama dan pertama adalah tanggung jawab keluarga.
“Anak adalah amanah dari Allah. Ia lahir dalam keadaan fitrah. Maka tugas orang tua adalah menjaga fitrah itu: menjaga tauhid dan keimanannya,” tegasnya.
Ia menekankan bahwa anak adalah cerminan orang tuanya. Maka, tidak ada doa yang lebih mustajab daripada doa orang tua untuk anaknya, sebagaimana disebut dalam hadis Nabi ﷺ:
“Tiga doa yang tidak tertolak: doa orang tua kepada anaknya, doa orang yang berpuasa, dan doa orang yang dizalimi.”
(HR. Abu Daud dan An-Nasa’i)
Ustadz Talqis pun mengajak para orang tua untuk tidak pelit dan tidak bosan dalam berdoa untuk anak-anak mereka.
“Sekalipun belum terlihat hasilnya hari ini, yakinlah bahwa Allah tahu kapan dan bagaimana doa itu akan dikabulkan,” tambahnya.
Pendidikan Shalat sebagai Barometer Akhlak
Pendidikan shalat juga menjadi fokus penting dalam khutbah tersebut. Shalat, menurut Ustadz Talqis, adalah barometer akhlak seseorang. Orang tua harus memperhatikan ibadah anak-anak mereka, tidak hanya menyerahkan pada lingkungan luar.
“Kalau shalatnya baik, insya Allah akhlaknya juga baik. Tapi kalau orang tua merasa cukup dengan memperhatikan shalatnya sendiri, sementara anaknya dibiarkan, maka akhlak anak bisa terabaikan,” kata beliau.
Ia mengutip hasil penelitian yang menunjukkan bahwa anak remaja lebih sulit menjaga konsistensi shalat dibanding orang dewasa. Di sinilah peran orang tua menjadi penting — memberi teladan, mendampingi, dan terus mendoakan.
“Sekali keluar kata-kata buruk dari lisan orang tua, itu bisa menjadi doa buruk bagi anaknya. Maka berhati-hatilah dalam berkata,” pesan beliau menutup khutbahnya.
Beliau mengajak semua orang tua untuk terus berikhtiar dalam mendidik anak-anak mereka dengan doa:
“Ya Allah, anugerahkanlah kepadaku dari sisi-Mu anak yang salih. Sungguh, Engkau Maha Mendengar doa.”
0 Komentar