Cemas di Dunia Nyata dan Maya? Yuk, Kenali Inner Peace ala Rasulullah

Oleh: Arief Bharata El Huda, S. Psi., MM.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Rekan-rekan Gen Z yang keren dan penuh potensi!

Apa kabar nih di tengah riuhnya dunia nyata dan hiruk pikuknya jagat maya? Pernah nggak sih ngerasa tiba-tiba overthinking, gelisah, atau bahkan cemas tanpa sebab yang jelas? Komen di kolom chat kalau pernah! Atau jangan-jangan, justru sering banget ngalaminnya?

Tenang, kalian nggak sendirian! Fenomena kecemasan ini bukan cuma kalian yang rasakan. Banyak banget dari kita, terutama Gen Z yang hidup di era serba cepat dan serba terkoneksi, menghadapi tantangan ini. Data menunjukkan bahwa isu kesehatan mental, termasuk kecemasan, sedang menjadi perhatian serius di kalangan anak muda. Tuntutan akademik, tekanan sosial media, fear of missing out (FOMO), hingga ketidakpastian masa depan, semua bisa jadi pemicu.
Tapi, pernah nggak kalian bayangin kalau ada “obat” mujarab yang sudah ada sejak ribuan tahun lalu, dan terbukti efektif untuk meraih ketenangan batin alias inner peace? Obat ini bukan pil, bukan aplikasi meditasi, apalagi filter Instagram. Ini adalah resep hidup yang diajarkan oleh sosok paling mulia: Rasulullah Muhammad SAW.

Kecemasan: Penyakit Hati yang Perlu Diatasi

Sebelum kita menyelami inner peace ala Rasulullah, yuk kita pahami dulu apa itu kecemasan dari sudut pandang Islam. Dalam Islam, kecemasan atau kegelisahan itu seringkali bermuara pada hati yang tidak tenang. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Ar-Ra’d ayat 28:

الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُۗ ۝٢٨

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”

Ayat ini powerful banget, lho! Ini bukan cuma janji kosong, tapi sebuah formula spiritual yang bisa kita praktikkan. Kecemasan itu adalah sinyal bahwa hati kita sedang “lapar” dari mengingat Allah.

Inner Peace ala Rasulullah: Bukan Sekadar Ketenangan, Tapi Keberkahan

Rasulullah SAW adalah teladan terbaik dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam mengelola emosi dan meraih inner peace. Beliau menghadapi berbagai tantangan hidup: dari diasingkan, difitnah, kehilangan orang-orang tercinta, hingga berperang. Namun, hati beliau selalu dipenuhi ketenangan dan keyakinan. Kok bisa?

  1. Tawakal Sepenuh Hati kepada Allah SWT

Ini kunci utamanya! Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk tawakal, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah setelah berusaha maksimal. Bukan pasrah tanpa upaya, ya. Tapi, setelah semua ikhtiar dilakukan, sisanya kita serahkan kepada Allah. Firman Allah dalam Surat At-Talaq ayat 3:

… وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗۗ اِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا ۝٣

“… Dan siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.”

Ibnu Rajab Al-Hanbali dalam kitab Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam menjelaskan bahwa tawakal adalah “sandaran hati kepada Allah semata dalam meraih kemaslahatan dan menolak kemudaratan.” Kalau hati kita sudah bersandar penuh pada Dzat Yang Maha Kuasa, lantas apalagi yang perlu dicemaskan?

  1. Memperbanyak Zikir dan Doa

Rasulullah SAW adalah ahli zikir. Dalam setiap kondisi, beliau selalu melibatkan Allah. Zikir itu bukan cuma “Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar” aja, tapi juga termasuk membaca Al-Qur’an, bershalawat, dan berdoa.

Pernah dengar Hadis Qudsi ini? Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah SAW bersabda, Allah SWT berfirman:

“Aku tergantung prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Aku bersamanya jika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam dirinya, Aku pun mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam perkumpulan, Aku pun mengingatnya dalam perkumpulan yang lebih baik dari perkumpulannya. Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan, Aku datang kepadanya dengan berlari.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ini Hadis yang keren banget! Saat kita zikir, kita sedang “berkomunikasi” sama Allah. Dan Allah itu “datang berlari” kepada kita saat kita berusaha mendekat. Kurang sweet apalagi coba?

  1. Sabar dan Syukur dalam Setiap Keadaan

Dunia ini panggung ujian. Ada kalanya kita di atas, ada kalanya di bawah. Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk sabar saat menghadapi kesulitan dan syukur saat mendapatkan kenikmatan.

Dari Anas bin Malik r.a., Rasulullah SAW bersabda:

“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya baik baginya. Apabila ia mendapatkan kebaikan ia bersyukur, maka itu kebaikan baginya. Apabila ia tertimpa musibah ia bersabar, maka itu kebaikan baginya.” (HR. Muslim)

Ini perspektif yang mengubah segalanya! Kecemasan seringkali muncul karena kita nggak bisa menerima keadaan. Dengan sabar dan syukur, hati kita akan lebih lapang. Prof. Dr. K.H. Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, dalam berbagai kesempatan seringkali menekankan pentingnya sikap optimis dan ikhtiar yang berbasis pada nilai-nilai keislaman. Beliau selalu mengingatkan bahwa Muhammadiyah lahir dari semangat untuk mengatasi berbagai problem umat dengan kerja nyata dan tawakal, bukan berpasrah diri dalam kegelisahan.

  1. Bergaul dengan Lingkungan yang Positif dan Produktif

Lingkungan itu sangat berpengaruh. Rasulullah SAW bersabda:

“Seseorang itu tergantung agama temannya, maka hendaklah salah seorang di antara kalian melihat siapa temannya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)

Kalau di dunia maya, ini artinya bijak dalam memilih circle online dan filter konten. Unfollow akun-akun yang bikin insecure atau toxic. Fokus pada akun-akun yang memberikan inspirasi, ilmu, dan semangat positif. Di dunia nyata, cari teman-teman yang bisa saling mengingatkan dalam kebaikan dan bukan menjerumuskan.

  1. Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental

Islam mengajarkan keseimbangan. Rasulullah SAW sangat memperhatikan kesehatan fisik beliau. Makan yang halal dan baik, istirahat yang cukup, dan berolahraga. Ini semua mendukung kesehatan mental juga, lho.

Ayahanda Prof. Dr. H. Abdul Mu’ti, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, kerap kali menyampaikan bahwa kesehatan adalah modal utama dalam beribadah dan berkarya. Beliau menekankan pentingnya menjaga hablum minannas (hubungan antar manusia) dan hablum minallah (hubungan dengan Allah) secara seimbang, karena keduanya adalah penopang inner peace yang hakiki.

Gimana cara ngaplikasiin semua ini di kehidupan Gen Z yang serba digital ini? Gampang banget!

  1. Dzikir Digital: Manfaatin aplikasi zikir atau alarm di HP buat pengingat salat dan zikir harian. Bikin playlist murottal Qur’an yang bikin adem hati.
  2. Do’a Challenge: Ajak teman-teman bikin challenge do’a harian atau challenge baca surah Al-Qur’an tertentu setiap hari. Share progress di grup chat.
  3. Konten Positif: Jadi content creator yang menginspirasi dengan nilai-nilai keislaman. Bikin thread tentang ayat-ayat Al-Qur’an yang menenangkan, atau storytelling Hadis yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.
  4. Digital Detox Time: Tentukan waktu khusus untuk digital detox. Matikan notifikasi, fokus sama diri sendiri, atau habiskan waktu bersama keluarga dan teman di dunia nyata. Ini anti-mainstream banget di zaman sekarang!
  5. Mindfulness ala Rasulullah: Belajar meniru ketenangan Rasulullah dalam menghadapi masalah. Sebelum panic attack, ambil napas dalam-dalam, ingat Allah, dan yakini bahwa semua akan baik-baik saja atas izin-Nya.

Raih Inner Peace, Jadi Gen Z Produktif dan Berkah!

Rekan-rekan Gen Z, kecemasan itu bukan takdir, tapi tantangan yang bisa kita atasi. Dengan mendekat kepada ajaran Rasulullah SAW, kita bisa menemukan kunci inner peace yang hakiki. Ini bukan cuma soal merasa tenang, tapi juga tentang menjadi pribadi yang lebih kuat, produktif, dan bermanfaat bagi sesama.

Mari kita buktikan bahwa Gen Z bukan hanya jago teknologi, tapi juga tangguh secara mental dan spiritual. Jadikan inner peace ala Rasulullah sebagai lifestyle kalian. Yakinlah, dengan hati yang tenang, kita bisa menaklukkan dunia nyata dan maya dengan penuh keberanian dan kebahagiaan.

Billahi fii sabililhaq fastabiqul khairat

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Read more: https://www.tabligh.id/2025/07/14/cemas-di-dunia-nyata-dan-maya-yuk-kenali-inner-peace-ala-rasulullah/

Posting Komentar

0 Komentar