Jangan Sampai Aktivis Muhammadiyah Ibadahnya Berantakan

KLIKMU.CO – Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Gubeng terus meneguhkan komitmennya dalam menghidupkan nilai-nilai Islam melalui gerakan nyata. Hal ini tercermin dalam rapat rutin yang diadakan setiap pekan keempat di Masjid Jenderal Sudirman.

Kegiatan itu diikuti oleh seluruh anggota PCM, Ortom Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiyah, Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), Hizbul Wathan, serta perwakilan Amal Usaha Muhammadiyah dari takmir masjid dan kepala MIM 5 Sekolah Mulia serta SMPM 9 Sekolah Akhlaq di Gubeng, Surabaya.

Rapat ini tidak sekadar menjadi forum koordinasi, tetapi juga menjadi sarana pembinaan ideologis yang disampaikan langsung oleh Alif Jatmiko SThI MThI, Sekretaris PCM Gubeng.

Dalam pembinaannya, Ustaz Alif menegaskan bahwa Muhammadiyah bukan sekadar identitas organisasi, melainkan wadah untuk mengaktualisasikan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.

“Gak Muhammadiyah, sing penting Islam,” ujarnya, menekankan bahwa esensi gerakan Muhammadiyah adalah menjadikan Islam sebagai pedoman hidup, bukan sekadar simbol formalitas.

Oleh karena itu, setiap warga Muhammadiyah diharapkan mampu menerjemahkan nilai-nilai Islam dalam berbagai aspek kehidupan, baik dalam ibadah, sosial, maupun akhlak.

Aktivisme dan Spiritualitas: Dua Pilar Utama

Lebih lanjut, Ustaz Alif mengingatkan pentingnya menjaga keseimbangan antara aktivisme organisasi dan spiritualitas pribadi. “Jangan sampai menjadi aktivis Muhammadiyah, tetapi ibadahnya berantakan,” tegasnya.

Ia menekankan bahwa keberhasilan sebuah gerakan tidak hanya diukur dari seberapa aktif kadernya, tetapi juga dari kualitas spiritual yang mendasari setiap aktivitas tersebut.

Pesan ini merujuk pada firman Allah dalam Surah Ali Imran ayat 104, yang menegaskan pentingnya dakwah kolektif untuk menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Slogan “Islam agamaku, Muhammadiyah gerakanku” menjadi seruan bagi setiap kader untuk menjaga ruh Islam tetap hidup dalam setiap aktivitas dakwah dan sosial yang dilakukan.

Revitalisasi Masjid: Menghidupkan Pusat Peradaban Islam

Fenomena sepinya masjid dari jamaah, meski banyak kader aktif di berbagai kegiatan, menjadi perhatian serius. Ustaz Alif menekankan perlunya revitalisasi masjid sebagai pusat dakwah dan peradaban Islam. Masjid tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga pusat pengembangan ilmu, sosial, dan pemberdayaan umat.

Teologi Al-‘Asr Sebelum Al-Ma’un: Fondasi Dakwah yang Kuat

Dalam dinamika pemikiran Muhammadiyah, diterapkan prinsip Teologi Al-‘Asr sebelum Teologi Al-Ma’un. Filosofi ini mengajarkan bahwa sebelum mampu menolong orang lain, seseorang harus terlebih dahulu memiliki manajemen diri yang baik.

Dengan prinsip ini, diharapkan kader Muhammadiyah memiliki kapasitas pribadi yang kuat, sehingga dapat berdakwah secara efektif dan memberikan kontribusi nyata di masyarakat.

Muhammadiyah sebagai Gerakan Peradaban

Sebagai gerakan yang mengusung wasathiyah (moderasi Islam), Muhammadiyah terus berupaya menghadirkan Islam yang tidak hanya menjadi doktrin, tetapi juga nilai yang membentuk peradaban.

Tujuan Muhammadiyah, sebagaimana tertuang dalam Anggaran Dasarnya, adalah menegakkan dan menjunjung tinggi ajaran Islam untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

Dengan semangat tajdid (pembaruan), Muhammadiyah tidak hanya menjadi organisasi keagamaan, tetapi juga gerakan peradaban yang responsif terhadap tantangan zaman. Gerakan ini berupaya melahirkan manusia robbani—individu yang terus belajar, mengajarkan, dan mengamalkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Melalui rapat rutin dan pembinaan ideologi ini, Muhammadiyah Gubeng menegaskan komitmennya untuk terus bergerak, menginspirasi, dan menghadirkan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam.

(Mochammad Farid Syahrizal/AS)

Read more: https://klikmu.co/jangan-sampai-aktivis-muhammadiyah-ibadahnya-berantakan/

Posting Komentar

0 Komentar