Saat Anak Lebih Memilih Lagu Dewasa

Oleh Mochammady El Akbar
Magister Pedagogi Universitas Muhammadiyah Malang, Guru SD Muhammadiyah 18 Surabaya

Musik ialah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan anak-anak di masa bersekolah. Melalui musik, anak-anak dapat menyanyi dan bergerak. Menyanyi merupakan kegiatan yang menyenangkan. Anak-anak tidak sekadar memperoleh kesenangan; lebih dari itu, menyanyi dan bergerak dalam derap musik mampu memberikan pengalaman serta stimulus yang baik bagi perkembangan tiga aspek penting: kognitif, afektif, dan psikomotorik, kemampuan linguistik, interaksi sosial, dan pengembangan emosional. Musik dan lagu memberikan manfaat yang sangat besar bagi pembentukan karakter dan tumbuh kembang anak (Asmi et al., 2024).

Namun, seiring dengan perkembangan zaman, muncul fenomena: mayoritas anak-anak sekolah dasar lebih menyukai lagu-lagu orang dewasa, baik dari segi tema, lirik, maupun aransemen musik dibandingkan lagu-lagu yang ditujukan untuk usia mereka (Ardipal, 2015). Paparan lagu-lagu dewasa yang masif menyebabkan anak-anak banyak yang tidak mengetahui lagu-lagu anak Indonesia.

Siswa sekolah dasar umumnya mengetahui segelintir lagu-lagu anak yang populer, seperti: “Balonku”, “Kereta Api”, “Cicak-Cicak di Dinding”, sedangkan banyak dari mereka yang tidak mengetahui lagu seperti: “Menanam Jagung”, “Paman Datang”, “Naik Becak”, “Burung Kutilang”, “Kunang-Kunang”, “Kelinciku”, dan lagu-lagu anak lainnya.

Fenomena ini tentu sangat berdampak bagi tumbuh kembang serta proses belajar siswa. Mereka dengan terpaksa harus “terpapar” lagu-lagu dewasa dengan segala karakteristiknya yang seharusnya tidak dijadikan “konsumsi” anak-anak. Tema-tema dewasa seputar percintaan, perpisahan, dan gaya hidup tidak pantas untuk didengarkan oleh anak-anak.

Dengan demikian, diperlukan aksi kita sebagai orangtua sekaligus pendidik untuk menjaga, mengawasi, dan memberikan nasihat terbaik agar anak-anak dapat terselamatkan sebagaimana amanah dalam firman Allah SWT dalam surat An-Nisa’ : 9 yang berbunyi:
“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir pada nasib (kesejahteraan) mereka. Hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan bertutur-katalah yang benar”.

Faktor Anak Lebih Memilih Lagu Dewasa

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat anak terhadap lagu dewasa. Pertama, kemudahan akses teknologi. Kebebasan siswa dalam mengakses media sosial tanpa kendala—aplikasi seperti YouTube, TikTok, Instagram, serta platform musik digital—memudahkan siswa menemukan lagu-lagu dewasa yang diinginkan. Maraknya joget TikTok dengan latar belakang lagu-lagu dewasa yang viral turut memengaruhi minat dan ketertarikan siswa pada lagu-lagu orang dewasa.

Kedua, minimnya inovasi pada lagu anak yang menarik secara musikal dan tematis. Sementara lagu dewasa lebih “kekinian” dan bertema seperti percintaan, perpisahan, dan gaya hidup, sehingga anak ingin “meniru” atau “merasakan” dunia orang dewasa.

Ketiga, musik telah menjadi industri yang menjanjikan bagi artis dan musisi. Otomatis karena mengejar ketenaran dan pundi-pundi rupiah, karya-karya lagu lebih mengutamakan aspek bisnis dan komersialisasi daripada pendidikan.

Keempat, peran orang tua dan sekolah kurang intensif dalam menghadirkan lagu anak serta tidak mendorong lingkungan lagu anak yang kaya. Hal ini membuka peluang bagi lagu dewasa masuk ke ruang dengar anak.

Kelima, minimnya upaya modernisasi/recycle lagu-lagu anak Indonesia dengan aransemen yang “kekinian” turut memengaruhi minat anak.

Anak-anak sangat “ahli” dalam menyerap materi melalui panca indera, termasuk dari mendengarkan lagu dewasa sampai menginternalisasi komunikasi mereka. Cukup mengejutkan, anak-anak kerap berkomunikasi dengan kosakata yang sebenarnya tidak mereka pahami. Penelitian menunjukkan bahwa paparan lagu dewasa berdampak pada perkembangan sosial-emosional anak-anak, termasuk perilaku yang kurang patuh terhadap aturan dan kesulitan mengelola emosi.

Solusi dan Upaya Pendidikan Musik Anak

Diperlukan solusi strategis dalam pembelajaran lintas materi ajar SD dengan menerapkan lagu sebagai media pendukung. Sekolah perlu memformulasikan program-program musik kreatif yang didukung oleh SDM berkompeten dan tim kreatif internal sekolah. Sinergi, MOU, dan monitoring rutin antara sekolah dan orang tua sangat penting untuk menjaga anak-anak dari paparan lagu dewasa yang masif.

Selain itu, pembelajaran berbasis proyek dan kolaborasi guru-orang tua dapat dilakukan melalui kegiatan musik anak, seperti senam bersama, lomba karaoke lagu anak Indonesia, dan lain sebagainya.

Anak-anak kini lebih menyukai lagu dewasa daripada lagu anak, menandakan bahwa pendidikan perlu segera berbenah. Me-recycle lagu anak Indonesia dengan aransemen baru bisa menjadi solusi mandiri yang dapat diupayakan sekolah. Karya lagu anak Indonesia, yang diciptakan tokoh seperti Bapak AT. Mahmud, Ibu Sud, Papa T. Bob, serta seniman lainnya, merupakan aset dan kekayaan bangsa. Sekolah, guru, orang tua, dan pemangku kepentingan pendidikan dapat menciptakan ekosistem pendidikan musik anak yang mendukung motivasi belajar, perkembangan karakter, serta kecintaan terhadap lagu sesuai usia. (*)

Read more: https://klikmu.co/saat-anak-lebih-memilih-lagu-dewasa/

Posting Komentar

0 Komentar